Bukit Wisata Yang Sedang Viral di Yogyakarta

- Selasa, 20 September 2022 | 19:31 WIB
Dokumentasi. Salah satu tempat rekreasi/objek wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Kabupaten Bantul, Ahad (19/10/2020). (ANTARA/Syamsuddin Hasan/aa.) (ANTARA)
Dokumentasi. Salah satu tempat rekreasi/objek wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Kabupaten Bantul, Ahad (19/10/2020). (ANTARA/Syamsuddin Hasan/aa.) (ANTARA)

 

KLIKTIMES.COM | Yogyakarta- Destinasi baru bukit wisata membuat semakin banyak pilihan objek wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Apa itu "bukit wisata"? Itu adalah bukit atau sebagian bukit yang disulap menjadi destinasi wisata. Belakangan ini banyak viral objek wisata yang berlokasi di atas bukit. Ada bukit di Gunung Kidul, Kulon Progo, maupun Bantul. Biasanya di bukit itu ada kedai kopi, permainan dan pengunjung bisa bersantai sembari melihat kota atau panorama alam dari ketinggian.

Sekadar contoh, ada bukit wisata bernama Watu Amben yang terletak di perbatasan Kabupaten Gunung Kidul dan Bantul. Watu Amben terkenal dengan keindahan pemandangannya yang berupa lanscape Kota Yogyakarta.

Ketika cuaca cerah, Kota Yogyakarta bisa dilihat dari Watu Amben. Ada pemandangan gunung-gunung sekitar Yogyakarta, seperti Gunung Merapi, Merbabu, dan Sumbing. Bila malam, keindahan dari cahaya lampu Kota Yogyakarta bisa dinikmati dari Watu Amben.

Mengintip sunset juga tak kalah menarik. Beberapa pengunjung yang pernah melihat sunset di sana mengaku sunset yang terlihat di Watu Amben sangatlah indah dan cantik. Suasana juga segar dan sejuk khas pegunungan. Sunset tersebut juga dapat dijadikan sebagai spot untuk berswafoto.

Jika ingin melihat panorama Kabupaten Bantul juga bisa. Tinggal mencari bukit wisata di kawasan Bibis, Pajangan. Ada beberapa bukit wisata yang menjadi pilihan. Semuanya sama, yakni menawarkan panorama dari ketinggian.

Kekuatan pemasaran dari bukit wisata adalah inovasi digital pengelola. Beberapa pihak memuji ide inovator sekaligus investor bukit wisata itu. Mereka membuat bukit wisata instagramable sehingga wisatawan berduyun-duyun datang ke sana.

Nama bukitnya juga gaul. Promosi medsos-nya gencar sehingga cepat dikenal. Portal berita pun ikut mengenalkan bukit-bukit wisata tersebut. Misalkan ada berita berjudul "10 Bukit wisata di Yogyakarta yang tidak boleh kamu lewatkan".

 

Baca Juga: Sukses Presidensi G20 adalah sukses wisata Indonesia

 

Alih Fungsi

Di wilayah DIY alih fungsi lahan lebih banyak terjadi pada sawah. Berdasarkan data BPS, laju alih fungsi lahan sawah di DIY mencapai 0,4 persen atau rata-rata 237,14 hektare (ha) per tahun. Sebagian besar sawah berubah menjadi perumahan. Bisnis perumahan di DIY masih prospektif karena banyak orang tua yang membelikan rumah untuk anaknya yang menempuh pendidikan di Yogyakarta. Atau para pensiunan yang memilih menghabiskan hari tua di DIY.

Konteks alih fungsi lahan untuk wisata, semisal kasus bukit wisata, lebih kepada penerapan tata ruang. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DIY Tahun 2019-2039 perlu diterapkan ketat. Jangan sampai alasan demi kemajuan wisata maka peraturan dikendorkan, terutama soal izin mendirikan bangunan (IMB) yaitu perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis yang berlaku. Di sinilah kunci untuk mengawasi bukit-bukit wisata, serta mengantisipasi pembangunan baru bukit wisata.

Tentu saja pemerintah provinsi sudah melakukan survei rutin dengan cara pemotretan dari udara, pemetaan dari darat, survei verbal, lisan dengan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan sosial-ekonomi masyarakat. Survei ini pun sangat membantu pengawasan.

Memang, hidup dari pariwisata rumusnya adalah bagaimana menarik wisatawan sebanyak-banyaknya. Wisata virtual terasa "kurang nendang". Karena itu, salah satu kekuatannya adalah menawarkan panorama alam. Mau tidak mau mulai dilakukan eksplotasi alam. Alangkah bijak bila eksploitasi itu dilakukan secara terkendali.

Kita harus membayangkan bersama, jika kita merusak alam maka alam pun akan merusak kehidupan kita. (lik)

 

Editor: Abdul Malik

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X