Oleh : M. Dwi Cahyono
Busana Atasan pada Masa Lampau
Dalam bahasa Jawa Baru ada istilah "ote-ote", dalam arti tanpa mengenakan busana atasan alias bertelanjang dada. Penampilan yang demikian itu hingga beberapa dasawarsa lalu masih banyak di- jumpai di Nusantara, bahkan pada sejumlah etnis kebiasaan demikian masih kedapatan hingga kini.
Bertelanjang dada konon tak terkecuali hadir pada penampilan para wanita. Ada yang hanya kenakan bhra besar atau sama sekali no-brhra (tanpa BH). Apakah pada Masa Hindu-Buddha busana atasan telah dikenakan? Berikut lacakan pada tinggalan ikonografi dalam bentuk arca batu era Singhasari.
Pada masa lalu, tentu tak semua penmpilan pria ataupun wanita bertelanjang dada. Data ikonografi (arca dan relief) Masa Hindu-Buddha menunjukkan bahwa tak jarang pria dan wanita mengenakan busana atasan yang ketat atau terkadang tipis transparan -- mengingatkan kita kepada kain sutra pada "baju bodo", yang dalam pemahaman seringkali hanya diguriskan tipis, yang baru tampak bila diamati dengan cermat.
Baca Juga: Keyakinan Khasiat Kendit Di Perut Bocah:Makna Fetisy Kendit Pada Arca Era Majapahit
Kadang pula digambarkan dengan cukup jelas pandang, dengan bentuk dan fungsinya menyerupai blouse saree dalam busana India. Pada properti seni pertunjukan Jawa, busana demikian mengingatkan kita pada "kotang ontokusumo" Adapun pada masa sekarang, ada kaos dalaman yang pres tubuh, dengan atau tanpa lengan pendek ketat, yang panjangnya hingga sekitar pusar, yang dinamai"manset".
Artikel Terkait
Properti dan Busana Ragam Jenis Jaranan
Telanjang Dada Saat Kirab Pengantin, Ini Busana yang Dipakai Kaesang-Erina
Tampil Klasik, Busana Keluarga Presiden Jokowi di Pernikahan Kaesang dan Erina Pakai Beludru Gelap
Pagelaran Busana 'Untukmu Ibu', dari Oscar Lawalata dalam Penyambutan Hari Ibu
Tahun Baru Imlek, Asti Atmodjo hadirkan busana batik model cheongsam