Oleh Muhammad Nashir
Senangnya liat pasar medsos, dalam konteks Ketuhanan :
Ada yang sedang gelisah mencari Tuhan, dengan mencari-cari sendiri lewat Facebook, google, youtube dll lalu bingung dan upload apa saja yang penting tentang Tuhan.
Ada juga yang bahagia karena merasa sudah berani mengutuk Tuhan, entah model pencariannya seperti apa, tapi tba-tiba saja di media sosialnya dia telah dengan bangga mengutuk Tuhan.
Ada yang merasa sudah sangat dekat sekali hubungannya dengan Tuhan, seolah sudah prend yang plek banget, sehingga dengan semaunya sendiri membuat kebijakan sesiapa saja yang layak dan tidak layak untuk masuk surga, sebagian menjulukinya dengan panitia hari kiamat.
Ada yang merasa telah dekat dengan Tuhan dan meyakini dirinya telah menjadi semacam Wali Nya, bisa ngopi sama malaikat, bahkan bisa dengan seenaknya menyuruh-nyuruh malaikat, kapan dia boleh datang dan tidak.
Ada yang tiba-tiba bangga karena tak percaya dengan adanya Tuhan atau sebutan populernya ateis, lalu ngatain Tuhan dan agama-agama sebagai sebuah kebodohan.
Ada yang bicara tentang kembalikan lagi masa lalu ke masa kini itu adalah milik kita, tapi masa lalunya memilih waktunya, kalo ditawarin ke masa lalu yang sangat lalu, kembali ke manusia yang gak ngerti apa-apa dia menolak, padahal juga dari nenek moyang nya nenek moyang itu.
Semua pasar carut-marut dan patung slengkrah itu terjadi berawal sekitar tahun 2005an dimulainya keramaian itu terjadi di pasar Medsos.
Kalau yang terjadi pada personalnya berbeda lagi, ada yang baru setahun menjadi pemarah pada Tuhan, ada yang baru beberapa bulan aja, ada juga yang bingung dan uploadanya berubah-ubah tensinya hanya dalam 1-3bulan atau bahkan mingguan.
Sementara yang merasa sudah bertemu dengan Tuhan lama sekali, ketika di scroll medsosnya, ternyata 1tahun yang lalu, bahkan Tuhan itu bentuk makanan atau mainan dia belum tahu, bahkan baru mengenal istilah Tuhan karena teman-temannya sedang ramai bicara tentang Tuhan di medsosnya.
Ada yang merasa dengan pengetahuan utak-atik akal pikiran nya, tidak hanya tak percaya adanya Tuhan, tapi sudah berani mengejek Tuhan, tapi giliran kena masalah besar, tanpa dia sadari dia berdoa "ya Tuhan tolong aku".
Sekelumit itu aja lah membaca pasar medsos tentang Ketuhanan, masih banyak sebenarnya yang bisa dibahas realitas tentang Ketuhanan di medsos dan banyak kelucuan disana. Seolah nemuin gerombolan masyarakat bingung, masyarakat yang sedang masuk dalam kotak labirin, tak tahu kapan dia masuk kotak tersebut dan tak mengetahui jalan keluar dari kotak tersebut.
Ngeblues pagi
Muhammad Nashir.Lahir di Kampung Kasin Kota Malang.Mendirikan Kampoeng Boedaja Malang yang berlokasi di depan Stasiun Kota Baru, saat itu sebagai sentra buku (2003); Forum Diskusi dan Apresiasi Kesenian 28an, forum ini sangat terbuka dan mendiskusikan berbagai persoalan kebudayaan, ada banyak tokoh nasional juga yang sempat hadir untuk memberikan gizi acara tersebut (2004); bersama Poestaka Rakjat dan beberapa mahasiswa mendirikan Diskusi Sastra Reboan, yang dilakukan tiap hari rebo.Turut mendirikan forum kajian perempuan Bersama Nuril Millati & Iis Wahyuni (2006). Tahun 2004-2010 aktif di berbagai forum yang dilahirkan oleh berbagai komunitas mahasiswa dan kelompok seni yang ada di Kota Malang, selain mengisi acara di RRI.
Bukunya yang sudah terbit:Ketika Aku Mendadak Konslet. Antara Seni, Kopi dan Sarinah, penerbit Media Nusa Creative, Malang, 2021.
Artikel Terkait
Kapolres Malang: 70 Persen Persepsi Warga Dibangun dari Media Sosial
Peluang Besar Kembangkan Usaha Lewat Media Sosial
BMPS Kota Cirebon Bikin Pelatihan Media Sosial, Belajar Branding sampai Kelola Tiktok
Di Era Media Sosial Harus Pintar Jaga Kesehatan Mental, ini Tipsnya
Kumpulan Link Twibbon Imlek 2023, Cocok Dipasang di Media Sosial