mendung yang menggantung,
gerimis yang malu malu, di atas kota ini
seperti wajah seorang gadis yang diam diam
terus meratapi nasibnya, yang terlanjur
menjadi namanya
Surabaya
mendung yang merona biru di pipimu
seperti wajah seorang lelaki lelah
yang selalu melangkah pulang,
dengan sekantong oleholeh
yang selalu disebut sampah
oleh perempuannya
Malang - Surabaya PP
perjalanan panjang
nan lajang
melanglang jalang
Maghrib
— interlude
langit sore yang kuning berangkat jadi merah muda
seperti kemuraman yang malu malu beranjak ria
terhuyung melangkah pada gelap
amsal mimpi multiwarna
Doa
Artikel Terkait
Sajak-Sajak Ragil Supriyatno Samid
Sajak-sajak Ragil Supriyatno Samid
Tribute to Ratna Indraswari Ibrahim
Song for Rendezvous Dream with Ratna
Segelas Kopi dan Selembar Prosa yang Ingin Jadi Puisi buat Noval di Malam Pitulasan