Rumah Unik Tabing Tongkok dan Tradisi Kajhegen di Desa Patemon

- Senin, 23 Januari 2023 | 09:40 WIB
Rumah Unik Tabing Tongkok dan Tradisi Kajhegen di Desa Patemon kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo Jawa Timur (HO/KLIKTIMES.COM)
Rumah Unik Tabing Tongkok dan Tradisi Kajhegen di Desa Patemon kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo Jawa Timur (HO/KLIKTIMES.COM)


Oleh Imam Fadoli (Besuki), Redy Eko Prastyo (Malang)

Desa Patemon berada di kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Secara geografis desa ini berlokasi di tenggara kecamatan Bungatan yang merupakan daerah perbukitan lereng gunung Putri. Mayoritas penduduknya bertani di ladang atau biasa disebut Teggel.

Yang menarik dari desa ini adalah adanya situs-situs pra sejarah jaman megalitikum berupa batu kubur (pandhusah) yang tersebar di beberapa titik. Selain itu ada pula tumpuan batu tua megalit yang hampir mirip dengan yang ada di Gunung Padang.

Selain adanya dua ikon menarik tersebut, yang tak kalah menarik perhatian adalah masih banyaknya warga Patemon yang menghuni rumah Tabing Tongkok. Tabing Tongkok sendiri bisa didefinisikan sebagai rumah berbahan kayu (umumnya kayu Jati) yang ruang tamunya dibuat semi terbuka dengan ukiran khas pada tabing tongkoknya (bagian depan) dan Tabing Tengah (pembatas antara ruang tamu dan ruang berikutnya (biasanya difungsikan sebagai kamar tidur).

Pada tahun 2019 lalu, rumah-rumah Tabing Tongkok di desa Patemon mendapat bantuan rehabilitasi dari pemerintah melalui program Rumah Tinggal Layak Huni (RTLH). Yang mengesankan adalah warga desa Patemon penerima program menginginkan model rumah Tabing Tongkok mereka tetap dipertahankan. Karena itu yang terealisasi kemudian lantai di keramik dan kayu-kayunya yang sudah rapuh diganti-diperbaharui. Dibuatkan kamar mandi dan beberapa perbaikan lainnya.

Rumah Unik Tabing Tongkok dan Tradisi Kajhegen di Desa Patemon kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo Jawa Timur
Rumah Unik Tabing Tongkok dan Tradisi Kajhegen di Desa Patemon kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo Jawa Timur (HO/KLIKTIMES.COM)

Baca Juga: Akibat Hujan Deras, 269 Rumah Warga Situbondo Terendam Banjir

Menurut data pemerintah desa Patemon, jumlah rumah Tabing Tongkok yang ada waktu itu sekitar 117 rumah. Namun seiring perkembangan waktu tidak menutup kemungkinan pertambahan karena adanya warga yang berumahtangga kemudian membuat rumah baru dengan Tabing Tongkoknya.

Untuk diketahui desa Patemon terbilang sebagai pelopor gerakan wisata ke desa di kabupaten Situbondo dan sekitarnya yang sekaligus dikenal sebagai desa megalitik. Kunjungan wisatawan terbilang cukup banyak. Tak hanya dari sekitar kabupaten Situbondo, dari luar daerah pun berdatangan, terutama dengan kepentingan penelitian. Karena itu di dusun Ngabinan desa Patemon banyak rumah warga (Tabing Tongkok) yang difungsikan sebagai Homestay.

Tamu yang datang dan menginap di homestay berbaur dengan pemilik rumah, mengalami langsung aktifitas warga di ladang, memasak dengan kayu bakar dan tungku tanah dan makan di dapur yang masih sangat tradisional dengan menu masakan yang juga masih alami. Hal itu tentu jadi pengalaman sangat berkesan terutama bagi warga perkotaan yang merindukan momen-momen masa kecil mereka.

Jika beruntung para tamu yang menginap bisa menyaksikan dan merasakan langsung tradisi gotong royong warga kampung dalam membangun rumah maupun ketika memulai tanam dan panen di ladang. Tradisi gotong royong semacam itu biasa disebut Khajegen.

Dalam kajhegen dirikan rumah, warga saling bahu-membahu tanpa ada imbalan materi sepeserpun. Tuan rumah cukup menyediakan makan minum seadanya. Demikian pula saat musim tanam dan panen. Mereka yang masing-masing punya lahan bergantian kajhegen secara sukarela.

Tradisi gotong royong warga desa Patemon yang terus berlangsung hingga sekarang itu seharusnya bisa dipublikasikan secara luas supaya bisa jadi role model bagi kelompok masyarakat di daerah lain di seluruh Indonesia. Karena itu peran semua stakeholder dalam hal ini dibutuhkan.

Editor: Abdul Malik

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Nara Teater Bersiap Untuk Festival Bale Nagi 2023

Jumat, 31 Maret 2023 | 07:34 WIB

Triawan dan MMI

Kamis, 30 Maret 2023 | 12:43 WIB

Mbah Yongki Irawan

Selasa, 28 Maret 2023 | 20:01 WIB

Nyi Puthut dari Mbok Gundari ke Mbah Yongki

Selasa, 28 Maret 2023 | 19:39 WIB

Reinkarnasi Kebangkitan Sepak Bola Arek Malang

Selasa, 28 Maret 2023 | 19:15 WIB

Hidup Di Negeri Antah Berantah !!!

Selasa, 28 Maret 2023 | 18:57 WIB

Generasi Intoleran vs Generasi Jemparingan

Sabtu, 25 Maret 2023 | 06:50 WIB

Ludrukan Di Cafe, Harmoni Modernitas Dan Tradisi

Selasa, 21 Maret 2023 | 14:11 WIB

Wayang, Ruwatan dan Keselarasan Energi

Senin, 20 Maret 2023 | 18:45 WIB

Sahabat UMKM: Membatik Itu Sehat

Minggu, 19 Maret 2023 | 19:26 WIB

Pelacur

Sabtu, 18 Maret 2023 | 12:39 WIB

Mamayu Candi Pustaka, Menghidupkan Pusaka

Jumat, 17 Maret 2023 | 14:43 WIB

Festival Ketupat Lebaran IKA SMAIS 2023

Jumat, 17 Maret 2023 | 13:55 WIB
X