Oleh Silvi Asna Prestianawati, SE, ME
Upacara Karo merupakan perayaan besar masyarakat Desa Ngadas yang memiliki histori tentang abdi kanjeng nabi yang bernama Setya dan abdi dari Aji Saka yang bernama Setuhu.
Dalam kegiatan ini, berbagai kegiatan kesenian budaya hingga tradisi ritual juga dilakukan seperti doa petren, kauman, tayuban, tumpeng gede, sesanti, sedekah panggonan (tamping), dan berakhir dengan ritual sadranan serta ojung. Saat melakukan upacara Karo ini, masyarakat Tengger biasanya memakai pakaian baru dengan diawali upacara ritual di rumah kepala desa setempat.
Warga yang membawa aneka makanan ditata sedemikian rupa. Upacara ritual ini dipimpin oleh seorang dukun desa. Makanan yang sudah mendapatkan doa dan mantera itu kemudian diserahkan kepada kepala desa dan dibagikan kepada masyarakat sekitarnya. Sedangkan sebagian lagi digunakan sebagai sesembahan, lalu berziarah ke makam leluhur.
Selain kualitas dan ragam wisata, sumber daya manusia yang mengelola wisata tersebut juga menjadi penentu keberhasilan dan keberlangsungan sebuah sektor pariwisata. Berdasar hasil penelitian Yulianah (2021) bahwa sumber daya manusia sebagai pengelola pariwisata termasuk tour guide merupakan komponen penting dalam menciptakan brand image yang kuat para wisatawan. Maka dari itu, peneliti membantu Desa Ngadas melalui penyusunan modul pelayanan pariwisata Desa Ngadas.
Sebagai pemandu wisata termasuk pengelola wisata, masyarakat juga harus terbiasa menerapkan 4S yakni senyum, salam, sapa, sopan dan santun. Mengingat pengunjung wisata Desa Ngadas tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri maka mental pemandu wisata yang ramah dan komunikatif sangat dibutuhkan.
Baca Juga: Desa Ngadas: Desa Wisata Sarat Budaya
Disampaikan pula, bahwa pemandu wisata sebaiknya tidak hanya fokus pada outer beauty tetapi juga pada inner beauty. Hal ini tentunya untuk menciptakan rasa nyaman dan kesan ramah yang tulus yang mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi para wisatawan. Penampilan maupun perilaku masyarakat, pemandu wisata dan pengelola wisata akan mempengaruhi citra, kinerja, dan reputasi wisata.
Termasuk penggunaan bahasa seperti pemilihan kata yang tepat seperti menjawab “dengan senang hati” jika ada pengunjung wisata yang mengucapkan terima kasih. Tidak hanya bahasa, gesture yang baik juga sangat penting untuk diimplikasikan seperti menegakkan badan dengan mata yang bersinar dan jujur, wajah yang berseri dan bersahabat ketika berinteraksi dengan wisatawan. Kedepan, akan dilanjutkan pelatihan pengelolaan atau manajemen wisata seperti keuangan, strategi promosi,dan penyusunan renstra wisata di Desa Ngadas.
*Dosen Ilmu Ekonomi FEB Universitas Brawijaya
Artikel Terkait
Berita Foto : Menyaksikan Tradisi Ojung, Puncak Yadnya Karo Suku Tengger di Ngadas Malang
Majukan Potensi Wisata, Kominfo RI Beri Pelatihan Digital Pelaku Wisata Gubuk Klakah dan Ngadas
Jaga Kelestarian Air Tanah, Perumda Tugu Tirta Tanam 1.000 Pohon di Bromo Tengger Semeru
Daftar Hotel dan Penginapan 'Aman' dengan Harga Murah Terjangkau di Kawasan Gunung Bromo
Desa Ngadas: Desa Wisata Sarat Budaya