Oleh : Restu Respati
Dari namanya sudah menyiratkan kesan mistis dan angker. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, “gondho” artinya aroma, sedangkan “mayit” artinya mayat. Jadi “gondho mayit” artinya beraroma mayat atau berbau mayat.
Di pulau Jawa terdapat beberapa lokasi yang bernama Gondo Mayit, diantaranya berupa desa, gunung, dan pantai. Di Kabupaten Malang nama Gondo Mayit tersemat pada sebuah gunung yang berlokasi di Dusun Gondo Rejo, Desa Taman Harjo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Berjarak sekitar 600 meter dari Lapangan Tembak Patriot Sejati Lanud Abdulrachman Saleh.
Gunung Gondo Mayit, walau sebenarnya lebih tepat disebut bukit, begitu banyak menyimpan misteri. Setidaknya bagi masyarakat Malang. Banyak kisah yang beredar jika menaiki gunung ini akan tersesat dan kesulitan untuk menemukan jalan pulang.
Ada pula kisah yang menghubungkan Gunung Gondo Mayit dengan sejarah runtuhnya Tumapel dibawah pemerintahan Tunggul Ametung saat dikudeta oleh Ken Angrok. Diceritakan bahwa Ken Angrok memesan keris kepada Mpu Gandring. Singkat cerita keris tersebut dipinjamkan kepada Kebo Ijo dan dipamerkan seolah bahwa keris itu miliknya. Malam hari disaat Kebo Ijo tidur keris itu diambil oleh Ken Angrok dan dipergunakan untuk membunuh Tunggul Ametung. Secara sengaja keris itu dibiarkan tertancap di tubuh Tunggul Ametung sementara Ken Angrok menyembunyikan diri. Sontak istana geger dan tertuduh utama pembunuhan adalah Kebo Ijo.
Baca Juga: Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Singhasari Libatkan Perguruan Tinggi
Mendengar berita tersebut Kebo Ijo melarikan diri ke Gunung Gondo Mayit diikuti oleh pasukannya. Ken Angrok pun memimpin pasukan istana untuk mengejar Kebo Ijo. Terjadilah perang sengit di Gunung Gondo Mayit. Kebo Ijo beserta seluruh pasukannya dapat dikalahkan dan semua tewas dalam pertempuran. Untuk mengabadikan peristiwa tersebut dan sengitnya pertempuran yang mengakibatkan banyaknya korban dan banjir darah, maka gunung tempat peristiwa tersebut dinamakan Gunung Gondo Mayit. Kebo Ijo dimakamkan di lereng Gunung Gondo Mayit dan makam tersebut sekarang berada di dalam komplek Yon Kav 3/Tank Singosari, Malang.
Nama Gondo Mayit juga terdapat di dalam sebuah karya sastra berjudul “Panji Margasmara”. Karya ini berbentuk kidung dan ditulis dalam bahasa Jawa Tengahan. Menceritakan perjalanan Panji dan kekasihnya di wilayah Malang dan Blitar, Jawa Timur.
Kisah Panji Margasmara berlatar belakang pada masa Majapahit. Tema utama cerita adalah kisah cinta antara Panji Margasmara seorang putra dari Arya Gegelang dengan Ken Candrasari putri dari Arya Singhasari. Hubungan cinta mereka tidak berjalan mulus karena Ken Candrasari telah dijodohkan dengan Jaran Warida putra dari pendeta sepuh di Kagenengan (tempat pendharmaan Sri Rajasa atau Ken Angrok).
Pada Pupuh 9, kidung Panji Margasmara menyebut sebuah tempat bernama “Ganda Mayi” sebagai nama sebuah pertapaan dan tempat tinggal dari seorang nenek yang dianggap suci. Panji diceritakan pernah meminta perlindungan dan memohon restu dari sang nenek untuk hubungan cintanya dengan Ken Candrasari.
Artikel Terkait
Perhelatan Momentum "Wolung Abad (800 Tahun ) Kemaharajaan Singhasari (1222 - 2022 Masehi)"
Sejarah Singhasari Kian Hilang Ditelan Zaman (1)
Forum Kliktimes Gelar Peringatan 800 Tahun Singhasari, Ingatkan Kembali Generasi Muda Kembali Ke Kultur Budaya Dasar
Suryadi: Bukukan Peninggalan Singhasari di Kota Malang
Festival Singhasari: Menuju Helat Budaya Pada Medio 2023