Oleh M. Dwi Cahyono
.............
Asmara
Ke mana lagi akan kucari?
Siapa yang 'kan mengusir sepi
Di saat ku sendiri? Wo-oh
Asmara
Mungkinkah kau sampaikan padanya?
Walau hatiku penuh derita
Aku masih s'lalu cinta
Aku masih s'lalu cinta
Aku masih s'lalu cinta
(Lirik lagu "Asmara", penyanyi : Novia Kolopaking)
A. Cinta dengan Beragam Sebutannya
Salah sebuah diantara ribuan kosa kata yang terbilang banyak disebut dan ditulis orang adalah kata "cinta". Dalam bahasa Indonesia, kata "cinta" mendapat arti sebagai : (1) suka sekali; sayang benar (2) kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan); (3) ingin sekali; berharap sekali; rindu; ; (4) susah hati (khawatir); risau (KBBI, 2022). Kata jadian "bercinta" mengandung arti : menaruh (rasa) cinta. Serupa itu adalah "bercintakan", yang artinya : kasih sayang kepada; birahi pada, atau bersedih hati (akan); berduka cita (akan). Adapun "mencinta" berarti : kasih (kepada); atau bisa juga berarti : bersedih hati; selalu mengingat (akan); atau menyesal. Varian sebutannya "mencintai", dalam arti : menaruh kasih sayang kepada. Kata jadian lain adalah "percintaan", yang berkenaan dengan : berkasih-kasihan antara laki-laki dan perempuan: atau bisa juga berarti : perasaan sedih (susah, menyesal); kesusahan. Ada pula kata jadian "kecintaan", yang menunjuk pada : yang dicintai; kekasih: atau bisa berarti : kerinduan; perihal cinta kasih; kesedihan; kekhawatiran; menanggung cinta (sedih). Apabila menunjuk kepada : yang amat dicintai (dikasihi, disayangi), kata jadiannya adalah "tercinta". Terdapat pula kata ulang "bercinta-cintaan", dalam arti : bersuka-sukaan; berpacar-pacaran. Sadangkan kata jadian "pecinta" menunjuk pada: orang yang sangat suka akan.
Kata "cinta" terdapat juga dalam bahasa Jawa Kuna dan Tengahan -- sebagai istilah serapan dari bahasa Sanskreta "cinta"), namun dalam arti yang berbeda dibanding artinya dalam bahasa Indonesia, yaitu : pikiran, perhatian, kecemasan) (Zoetmulder, 1995:175). Ada pula kata "Cintya", dalam artian : dipertimbangkan betul- betul, dipahami). Keserupaannya adalah bahwa dalam bercinta ada aspek "perhatian" bahkan pemusatan perhatian pada orang tertentu atau obyek tertentu. Selain itu, secara psikologis terdapat kecemasan tertentu manaka orang dilanda cinta atau dibakar "api cinta". Pada perkembangan berikutnya, kata cinta acap dipadan arti dengan "asmara".
Dalam bahasa Jawa Kuna dan Jawa Tengahan terdapat isitilah serapan "smara (bahasa Jawa Baru 'Asmoro', dan bahasa Indonesia 'asmara'). Secara harafiah kata "smara" diartikan sebagai : cinta, dewa cinta (Zoetmulder, 1995 : 1109). Istilah ini direlasikan dengan hubungan seksual, sehingga terdapat kata gabung "walat smara" yang berarti : senggama". Pada teks-teks yang lebih muda, terdapat pula kata "asmara' dalam arti yang sama dengan "smara". Selain itu, ada kata "sasmara" yang mengandung arti : disatukan dalam cinta, dengan cinta, atau penuh cinta. Terkait itu, ada sejumlah susastra kuno dengan unsur kalimat judul "smara", seperti pada kitab kakawin "Smaradhahana (Api Asmara)" buah karya Mpu Dharmaja era pemerintahan rajam Kameswara di kerajaan Kadiri.
Susastra lain dari masa lebih muda dengan unsur pada kalimat judul "asmara (smara)" antara lain adalah "Serat Asmaragama" yang kemungkinan ditulis pada abad XVIII Masehi. Di dalam "Kamus Bausastra Jawa" istilah "asmara" diartikan : cinta, dan kata 'agama' berarti : ajaran. Serat 'Asmaragama' tak sekadar menyoal erotisme, namun juga perihal seksual sebagai suatu ajaran sakral dan sarat etika. Aspek cinta- asmara menjadi bagian dari seksualitas, yang dipandang sebagai bentuk dari kesucian, dengan tujuan untuk mencari dan mendapatkan "wiji sejati" atau generasi penerus yang memiliki keyakinan dan kepribadian. Konon seksualiitas menjadi bagian integral dalam kehidupan dan seni-budaya Jawa. Dalam cerita wayang, tokoh Arjuna misalmya memiliki kekuatan memikat "Aji Asmaragama", yakni salah satu dari 6 tahapan yang terdiri atas : (1) Asmaranala, (2) Asmaratura, (3) Asmaraturida, (4) Asmaradana, (5) Asmaratantra, dan yang terakhir (6) Asmaragama.
Menyimak arti kata "cinta" sebagaimana dipaparkan pada alinea pertama, terlihat adanya beberapa kata yang bersinonim arti dengan kata "cinta", yaitu kasih, sayang, dan memuat pula aspek asmara, birahi, kesukaan, kerinduan, maupun kesedihan, keduka(lara)an, kekhawatiran, sesal, dsb. Terkait itu, acap kata "cinta" dirangkai dengan kata-kata lain yang bersinonim arti dengannya, seperti kata gabung "cinta- kasih, cinta-asmara, cinta- duka, cinta-lara, birahi-cinta, dsb.". Bisa dan biasa juga kata- kata yang bersinonim dengannya tersebut dijadikan kata gabung, seperti sebutan "kasih-sayang, kasih-asmara, rindu- kasih, kasih-sedih, dsb.".
Baca Juga: Metanarasi Panji
Seringkali pula kata "kasih" dirangkai dengan kata "setia (bahasa Jawa Kuna dan Tengahan 'satya') menjadi "kasih-setia". Memang, salah satu indikator cinta adalah "kesetiaan". Bukti cinta adalah kesetiaan, sehingga untuk meneguhkan cinta acap terdapat apa yang disebut "sumpah setia". Oleh karenanya, lepas setia dapat dibilang sebagai "pengkhianatan cinta". Bahkan, demi cinta, kesetiaan diejawantahkan sebagai "setia sampai usia tua (kaken- kaken lan ninen-nenen" atau malahan "setia sampai mati". Tidak sedikit cerita cinta yang berakhir sebagai "tragedi cinta", yaitu pengorbanan nyawa demi kesetiaan kasihnya. Banyak orang bilang "cinta butuh pengorbanan", hingga nyawa sekalipun pengorbanannya. Sebenanya, kata "satya" adalah kata jadian, dengan kata dasar "sati". Secara harafiah, istilah "satya" berarti : tulus hati, jujur, setia (terhadap suami, raja, dalam menunaikan tugas, janji, dll.), berbudi luhur, utama, ketulusan hati, kesetiaan, kebenaran (Zoetmulder, 1995: 1057). (bersambung)
Artikel Terkait
Makna Dan Fungsi Simbol Seks (1)
Makna Dan Fungsi Simbol Seks (2)
Makna Dan Fungsi Simbol Seks (3)
Makna dan Fungsi Simbol Seks (4)
Makna Dan Fungsi Simbol Seks (5)
Makna Dan Fungsi Simbol Seks (6)
Makna Dan Fungsi Simbol Seks (7)