KLIKTIMES.COM | MALANG - Banyak yang mempertanyakan istilah Pesta Demokrasi untuk PEMILU, pesta dalam alam bawah sadar masyarakat pada umumnya hanyalah sebatas hura-hura, tak ada sedikitpun nilai keindahan pada istilah Pesta dalam konteks PEMILU, sebab pesta cenderung dijalani oleh para borjouis, kelas menengah atau orang yang mapan secara ekonomi
Sesungguhnya Pemilu adalah moment yang sangat sakral, karena setiap individu akan mempertaruhkan seluruh hidupnya per lima tahunan, karena mereka memilih sosok yang akan memperjuangkan harapannya.
Tidak banyak dari politisi di negeri ini yang punya basic kekuatan kepedulian sosial yang kuat dan intelektualitas yang mumpuni yang diajukan oleh partai dengan sistem politik yang ada selama ini.
Rata-rata mereka yang maju mencalonkan diri hanyalah mereka gang mempunyai modal secara materi, karena memang dalam sistem politik di negeri untuk menjadi pejuang suara rakyat membutuhkan biaya yang tidak murah, akibat tuntutan partai.
Baca Juga: Hidup Yang Begejekan
Pelaku politik praktis yang telah sukses meraih kursi, sebagian besarnya tak mempunyai basic pengetahuan politik, mereka menjadi mengerti, hanya karena pengalaman interaksi politiknya setelah meraih kursi, sementara persoalan dan strategi pembangunan yang diajukan oleh para birokrat harus segera di pahami alur dan tujuannya, agar pembangunan sesuai dengan harapan kemakmuran masyarakat.
Apakah mereka punya track record sisi kemanusiaan yang baik dan punya sisi tanggung jawab sosial yang baik sebelum mereka menduduki kursi empuk sebagai wakil rakyat ataupun pemimpin rakyat?.
Pertanyaan ini sesungguhnya sangat penting untuk dimiliki oleh setiap masyarakat pada umumnya, dimana mereka akan mempertaruhkan hidupnya selama lima tahun ke depan.
Pemimpin di daerah ataupun pusat, wakil rakyat di daerah ataupun pusat pada saat ini yang seringkali kita temukan, umumnya adalah pengusaha dan murni seorang politisi yang masyarakat tak pernah tahu tentang track record kepedulian sosialnya.
Sehingga seringkali di dapati tidak adanya perbaikan sedikitpun dalam kehidupan masyarakat.
Para politisi itu menjadi lupa akan tanggung jawab sosialnya (atau karena sejak awal tanggung jawab sosialnya memang lemah) dan tidak berpihak pada rakyat yang telah mendukungnya, sehingga lambat dalam merespon dinamika kehidupan masyarakat di Kotanya.
Bahkan tak jarang kurang mampu membaca dinamika itu, atau mungkin mentalnya sedang terjebak dengan Euforia Kekuasaan atau juga terjebak hanya pada pertarungan kepentingan Politik Kekuasaan.
Track record kepedulian sosial saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk di perhatikan dalam proses memilih wakil rakyat atau pemimpin pemerintahan.
Dan intelektualitas adalah salah satu basic yang juga harus sangat dipertimbangkan dalam rangka memilih wakil rakyat dan seorang pemimpin.
Selain track record tingkat kepedulian sosial dan intelektual, masih ada moralitas dan kesungguhan niat seseorang untuk melakukan sebuah perubahan.
Artikel Terkait
PENDIDIKAN KITA 2023: Humanisasi Hilang Fabrikasi Terbilang
Memahami Hak Pekerja Migran Indonesia di Taiwan
Belajar Mencintai Kota Malang dari dr. Tjipto
Gempita Persiapan FORDA JATIM Pertama, Catatan Technical Meeting Pekan Lalu
Festival Inklusi 2023, Kebangkitan Nasional dan Perdamaian Dunia