Ludrukan Di Cafe, Harmoni Modernitas Dan Tradisi

- Selasa, 21 Maret 2023 | 14:11 WIB
Suasana gelak tawa menghibur audiens di Cafe Jeep Malang hari Minggu malam lalu (19/3/2023) (ho/kliktimes.com)
Suasana gelak tawa menghibur audiens di Cafe Jeep Malang hari Minggu malam lalu (19/3/2023) (ho/kliktimes.com)

Oleh Wibie Maharddhika


Gerrr... Suasana gelak tawa menghibur audiens di Cafe Jeep Malang hari Minggu malam lalu (19/3/2023). Bukan karena ada stand up comedy, tapi ada para seniman Ludruk beraksi mengocok perut penonton. Mereka dari kelompok Kandaga Seni Budaya Malang (KSBM) yang tampil perdana dan bermaksud menjajagi animo penikmat seni kota Malang. KSBM pimpinan Suhardi sendiri berdiri sejak 14 Agustus 2022 dan beranggotakan para seniman tradisi dari kalangan tua muda. Tidak hanya seniman Ludruk, tapi juga didukung pemain Wayang Wong, Kethoprak dan seniman panggung lainnya. Kali ini KSBM yang dulu bernama PUSPA MAYA (Paguyuban Seniman Panggung Malang Raya) mengangkat seni Ludruk untuk melestarikannya.

Tentu bagian lain yang menarik adalah pementasan seni tradisional di sebuah Cafe yang identik dengan ruang publik modern. “Bosan nge band, sekarang ng Ludruk..,” canda Eko Yudi Irawan yang akrab disapa Eko Jeep sang owner Cafe. Disadari atau tidak, pertunjukan seni tradisional di sebuah Cafe adalah salah satu cara keren untuk mengenalkan model hiburan lawas ke area kongkow modern. Guyonan Ludruk yang alami merakyat semedulur itu bisa dikemas dalam tampilan gemerlap metropolis. Suasana keterasingan dunia hedonistik bisa cair oleh atmosfir hiburan rakyat.

Baca Juga: Air Mata Air Peradaban

Milenial khususnya bisa semakin menggemari Ludruk jika alur cerita diangkat tak jauh dari realitas yang mereka alami. Gaya bahasa tetap jenaka blak blakan khas Ludruk Malangan, tapi konten kisahnya diambil dari peristiwa kekinian yang milenial alami. Salah satu seni tradisional yang pernah sukses memadukan dengan lifestyle anak sekarang misalnya Lenong Bocah dari Betawi. Ludruk Malangan punya potensi saat ruang milenial seperti Cafe semakin terbuka bagi para seniman gaya lawasan berekspresi.

Tantangannya tentu tak jauh dari hal klasik seperti manajemen pengelolaan artis, penyutradaraan, skenario, kemasan panggung dan fasilitas kenyamanan penonton. Sangat produktif jika artis seni tradisi dikelola oleh manajemen profesional non artis. Kepercayaan antara manajemen dan seniman adalah seni tersendiri demi pelestarian dan perkembangan pertunjukan. Ludrukan di Cafe? Kipa ilakes...

*Wibie Maharddhika, NGALAM SOCIETY

Editor: Abdul Malik KT

Tags

Artikel Terkait

Terkini

AI dan Budaya Kampung Pedesaan

Senin, 5 Juni 2023 | 09:36 WIB

Revitalisasi Sepak Bola Kota Malang

Kamis, 1 Juni 2023 | 20:04 WIB

Pancasila, Kebudayaan, dan Bina Bangsa

Kamis, 1 Juni 2023 | 12:05 WIB

Pertumbuhan Jaranan dan Bantengan di Malang

Rabu, 31 Mei 2023 | 09:34 WIB

Pendidikan Yang Berpihak Pada Peserta Didik

Selasa, 30 Mei 2023 | 09:19 WIB

Hobbes, Strategi Perubahan Sosial dan Rawon

Senin, 22 Mei 2023 | 14:39 WIB

SMK Sura Dewa Menyadari Pentingnya Literasi

Sabtu, 20 Mei 2023 | 23:50 WIB

Karya Seni, Penjara dan Terciptanya Kebudayaan

Kamis, 18 Mei 2023 | 22:18 WIB

RUNAPHORIA: Wahana Ekpresi Runa

Kamis, 18 Mei 2023 | 21:35 WIB

Hidup Yang Begejekan

Kamis, 11 Mei 2023 | 10:08 WIB
X