Pemilik Ketek Ogleng di Madiun Serahkan Puluhan Monyet Ekor Panjang ke BBKSDA

- Rabu, 1 Maret 2023 | 15:04 WIB
Pemilik ketek ogleng saat menyerahkan keranya ke BKSDA Madiun, Rabu (01/03/2023). (HO/KLIKTIMES.COM)
Pemilik ketek ogleng saat menyerahkan keranya ke BKSDA Madiun, Rabu (01/03/2023). (HO/KLIKTIMES.COM)

KLIKTIMES.COM | MADIUN - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) bersama Jaringan Satwa Indonesia, menerima puluhan monyet ekor panjang dari pekerja topeng monyet, Kantor Desa Kertosari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun pada Rabu (01/03/2023).

Primata berekor tersebut diserahkan secara sukarela, kemudian dimasukkan ke dalam kandang. Tak ketinggalan, peralatan pementasan topeng monyet ikut dibungkus ke dalam karung. Para pelaku usaha ini juga diberikan sosialisasi dan edukasi.

"Dengan kegiatan tersebut mudah mudahan topeng monyet di Jawa Timur semakin berkurang. Pelatihnya sudah kami berikan pemahaman dan bantuan untuk alih karya, supaya mencari pekerjaan yang lebih baik," kata PLT Kabid KSDA Wilayah Satu Madiun Andik Sumarsono.

Setelah ini, lanjutnya, petugas akan memeriksa kesehatan monyet sebelum direhabilitasi agar dapat kembali ke habitatnya. Hewan dengan nama latin Macaca Fascicularis itu akan dilepas ke Suaka Margasatwa Nusa Barong Jember.

"Ada 23 ekor jenis monyet ekor panjang yang diserahkan dengan sukarela. Di Madiun ini tempat melatih monyet di Jawa Timur atau jadi pusat pendidikan monyet yang dilatih beraktivitas manusia. Maka dari itu sasaran kami berada disini," jelasnya.

Para pekerja topeng monyet atau biasa disebut ketek ogleng nantinya akan diberikan bantuan sebesar Rp3,5 jutaan untuk beralih profesi agar lebih baik dan tidak beraktivitas dengan satwa lagi yang beresiko tinggi.

"Bisa menyebabkan satwa tidak nyaman, berdampak terhadap kesehatan masyarakat karena dipertontonkan, menularkan penyakit seperti TBC, Rabies, dan Flu. Struktur tubuh monyet sama dengan manusia. Belum lagi menimbulkan kekerasan perubahan perilaku," pungkasnya.

Sementara itu, salah satu pemilik ketek ogleng, Poniran (66), mengaku merintis usaha ini sejak tahun 1970. Menurutnya, masa jaya profesi tersebut terjadi di era Presiden Soeharto.

"Kalau pendapatan saat ini jangankan buat makan keluarga, buat saya pribadi masih kurang. Dapatnya Rp 300 sampai Rp 500 ribu. Kompensasi kurang segitu tidak sebanding sama modal awal. Kalau dibuat usaha juga saingan banyak," bebernya.

Karena alasan itu, Ia memutuskan beralih profesi jadi tukang pencari barang rongsok, setelah seekor kera miliknya diserahkan kepada BBKSDA. Sebelumnya monyetnya tersebut Ia beli di Walikukun Ngawi.

"Kalau diserahkan rasanya ikhlas tidak ikhlas. Tapi disatu sisi negara semakin maju, perkembangan teknologi semakin pesat. Dulu saya keliling ke Banda Aceh, Manado sampai Ambon. Jadi sudah lama menekuni pekerjaan ini," pungkasnya. (rin/sre)

Editor: Moh Haikal Aslikh Rosyada

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Polres Malang Ciduk Dua Pemuda Pengedar Ganja

Jumat, 2 Juni 2023 | 18:14 WIB

Kota Batu Raih E-Purchasing Awards Jawa Timur

Rabu, 31 Mei 2023 | 09:32 WIB
X