KLIKTIMES.COM|JAKARTA- Inflasi Argentinya nyaris mendekati 80 persen pada basis tahunan atau secara yoy. Angka itu jauh melampaui perkiraan dan membuat Bank Sentral Argentina menaikkan suku bunga acuan 550 basis poin menjadi 75 persen.
Kenaikan tersebut mengikuti kenaikan 950 basis poin pada Agustus untuk suku bunga acuan Leliq 28 hari. Pemerintah mencoba untuk menurunkan harga-harga yang melonjak yang merugikan tabungan dan gaji Argentina serta merusak popularitas pemerintah Peronis.
Tingkat suku bunga riil yang positif juga merupakan salah satu poin yang disepakati antara Argentina dan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam kesepakatan pinjaman baru senilai 44 miliar dolar AS yang dibutuhkan negara itu untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang yang akan datang.
Reuters melaporkan pada awal September, mengutip sumber yang mengetahui diskusi tersebut, bahwa Bank Sentral Argentina berencana untuk menaikkan suku bunga menjadi 75 persen bulan ini karena tingginya tingkat inflasi.
Baca Juga : Pemutihan Pajak PBB Buat Warga Surabaya, Cek Syaratnya
Ketika bank-bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi yang memanas, Bank Dunia memperingatkan kemungkinan bergerak menuju resesi global pada 2023.
“Bank-bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga tahun ini dengan tingkat sinkronisitas yang belum terlihat selama lima dekade terakhir. Tren ini juga kemungkinan akan berlanjut hingga tahun depan,” kata bank dunia dalam rilisnya.
Namun lintasan kenaikan suku bunga yang diperkirakan saat ini dan tindakan kebijakan lainnya mungkin tidak cukup untuk membawa inflasi global kembali ke tingkat yang terlihat sebelum pandemi.
Investor memperkirakan bank-bank sentral akan menaikkan suku bunga kebijakan moneter global hingga hampir 4,0 persen hingga 2023 - peningkatan lebih dari 2 poin persentase dari rata-rata 2021 mereka, menurut penelitian tersebut.
"Jika ini disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) global akan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023 - kontraksi 0,4 persen dalam hal per kapita yang akan memenuhi definisi teknis dari resesi global," kata penelitian tersebut.
Ayhan Kose, wakil presiden bank dunia untuk Pertumbuhan, Keuangan, dan Institusi yang Berkeadilan, mencatat bahwa karena kenaikan suku bunga bisa memperparah dalam memperketat kondisi keuangan.
“Para pembuat kebijakan di negara-negara emerging markets dan berkembang harus siap untuk mengelola potensi dampak dari pengetatan kebijakan yang sinkron secara global," kata Kose. (Ell)